_________________________________________________________________________________________________________________________
SELAMAT DATANG di AMUNTAIPOST (Portal Blog Banua Amuntai)

Anda Pengunjung Ke

Selasa, 06 Desember 2011

Pembunuh Sopir Taksi Tidak Sendiri

JAKARTA, Amuntaipost.com -- Penyidik Polri hingga Selasa (6/12/2011), belum berhasil mengungkap motif dan tersangka pembunuhan terhadap sopir taksi Humala Pardede (60).
Namun pelaku pembunuhan diduga kuat lebih dari satu orang. Indikasi bahwa pelaku lebih dari satu orang dilihat dari keberadaan darah, sidik jari, dan alat bukti pada mobil Koperasi Taksi B 1211 FTA yang ditemukan di depan Kantor Asabri, Jalan Letnan Jenderal Sutoyo, Cililitan Cawang, Kramatjati, Jakarta Timur, Minggu (4/12/2011) pagi.
Taksi bercat putih dan bernomor pintu 312 itu, ditemukan belasan kilometer dari mayat Humala yang ditemukan di saluran air depan Gedung PMI, Jalan I Gusti Ngurai Rai, Klender, Jakarta Timur, Minggu pagi.
Taksi ditemukan terlebih dulu oleh petugas Satuan Lalu Lintas yang curiga, dan kemudian melapor ke Kepolisian Resor Metropolitan Jakarta Timur. Dari situ, tim buru sergap kemudian berhasil melacak dan menemukan posisi jenazah Humala.
Saat taksi dilihat pada Selasa (6/12/2011) siang, tampak bercak darah pada plafon interior bagian kiri. Bercak itu mengindikasikan darah dari kepala Humala yang dihabisi dengan tusukan obeng oleh pelaku di kursi belakang.
Menurut Kepala Subbagian Humas Polres Metro Jaktim, Komisaris Didik Hariyadi, Humala dibunuh dalam posisi yaris terlentang di kursi sopir, yang mustahil dilakukan oleh satu orang. Kondisi itu diperkuat dengan keberadaan 25 luka tusuk di wajah dan tangan kanan pada jenazah Humala.
"Cara membunuhnya tergolong sadis, dan rasanya tidak bisa dilakukan satu orang," katanya.
Selain itu, darah yang telah kering banyak ditemukan di kursi kiri depandan di bawahnya. Ada juga jejak kaki pada darah di karpet kiri belakang. Di bagian luar pintu kiri belakang juga ada bercak darah.
Kondisi ini mengindikasikan korban setelah tewas, akibat banyak mengucurkan darah dikeluarkan dari mobil lewat pintu kiri depan oleh pelaku. Untuk membuang mayat dari dalam mobil ke luar secara cepat agar tidak ketahuan, dibutuhkan setidaknya dua orang.
Didik menduga Humala dihabisi di Jalan I Gusti Ngurai Rai antara pukul 04.30 WIB dan pukul 05.30 WIB.
Humala diketahui keluar dari rumah di Gang Seroja Nomor 66, RT 4 RW 3, Kebon Pala, Makassar, Jaktim, pukul 04.00 WIB untuk mengendarai taksi guna mengembalikannya ke pangkalan. Namun, sebelum ke pangkalan, Humala mengangkut penumpang yang diyakini sebagai pelaku pembunuhan.
Didik mengatakan, penyidik juga mengambil lebih dari dua sampel sidik jari yang ditemukan pada taksi itu. Namun, beberapa sidik jari itu belum dicocokkan dengan data yang dimiliki Polri atau dengan sidik jari pembanding misalnya dari keluarga, kerabat, rekan, atau bekas pelaku kejahatan yang dicurigai.
Adapun alat bukti yang ditemukan ialah obeng, linggis pembuka ban, dan kaus oblong bergambar tokoh kartun Donald Bebek yang banyak bercak darah. Kaus itu berukuran M. Namun benda ini diyakini bukan milik korban, karena keluarga tidak pernah melihatnya.
"Saya yakin itu punya pelaku," kata Taruli Simanjuntak (56), istri korban saat ditemui di rumah duka.
Didik menyatakan, pelaku belum teridentifikasi. Namun, bisa diduga, pelaku ialah orang yang tinggal dekat dengan lokasi temuan taksi. "Karena memudahkan pelaku untuk kemudian bersembunyi," katanya.
Karena pelaku belum teridentifikasi, lanjut Didik, motif pembunuhan menjadi belum jelas. Semua kemungkinan motif menjadi masuk akal. Antara lain, dendam, utang piutang, asmara, atau perampokan.            
Namun, keluarga menyanggah semua kemungkinan itu. Menurut Jefri Pardede (29) dan Jasmin Pardede (26), anak korban, ayahanda mereka pendiam dan tidak pernah cari masalah.
"Namun, jika dilihat dari kondisi bapak yang dihabisi dengan sadis, seakan-akan pelaku orang yang punya dendam dan tidak mengenal belas kasihan," kata Jefri.
Selain itu, sepengetahuan keluarga, Humala tidak berutang sebab belum pernah ada orang yang datang atau menelepon tentang hal ini. Motif korban terlibat asmara dengan orang lain sehingga memancing pembunuhan, juga disanggah.
Jika perampokan, lanjut Didik, kenapa tidak satupun harta benda korban yang diambil. Bahkan, kartu identitas pun tidak diambil. Namun bisa jadi perampokan menjadi murni pembunuhan, sebab pelaku lebih memilih menghabisi korban dan meninggalkannya guna melarikan diri agar tidak ketahuan. 
 
Courtesy of Kompas

Berita Populer