_________________________________________________________________________________________________________________________
SELAMAT DATANG di AMUNTAIPOST (Portal Blog Banua Amuntai)

Anda Pengunjung Ke

Minggu, 04 Desember 2011

Cucu Sultan Banjarmasin Sudah Menerima Firasat

Pengantar: Artikel ini dimuat oleh harian KOMPAS pada 10 Desember 1974 dan mengisahkan firasat seorang calon jemaah haji sebelum ajal menjemputnya dalam kecelakaan DC-8 Martinair di Sri Lanka pada 4 Desember 1974. Artikel ini kembali diturunkan oleh Kompas.com untuk melengkapi artikel Tragedi Besar bagi Indonesia pada 4 Desember.

SURABAYA, Amuntaipost.com
- Ny. Kamariyah Syarifuddin, calon jemaah haji udara dari Surabaya yang terkena musibah di pegunungan ,Tujuh Dara" Sri Lanka, ternyata, adalah cucu Sultan Banjarmasin, Pangeran Suryanzah.

Ibunya Haji Gusti Ratna (70 tahun) kini bertempat tingggal di Surabaya. "Banyak tanda-tanda, semacam firasat terjadi sebelum ia (Ny. Kamarlyah) berangkat", kata Noor Syirwansysh, adik almarhum.

Sebelum berangkat, Ny, Kamariyah menyerahkan sekotak perhiasan kepada ibunya, Gusti Ratna.
la berpesan, jika nanti ia tak bisa, kembali lagi ke Surabaya, agar barang-barang itu dipakai ibunya saja. Barang-barang ini untuk ibu dan bukan untuk siapa-siapa", katanya.

Disamping ltu, ia bermimpi ketemu almarhum suaminya di sebuah gunung tinggi. Almarhumah Ny. Kamariyah, menuturkan, dalam mimpinya itu ia naik sepeda bersama anaknya yang bernama Rohyati, yang kini tinggal di Banjarmasin. Ketika sampai di kaki gunung, suaminya yang meninggal sejak Juli tahun 1973, memanggil-manggll untuk ikut. Dan meminta agar anakmya ditinggal saja.

Selain itu, almarhumah sebenarnya sudah diajak anaknya, untuk bersama-sama naik haji bulan November lalu. Tetapi ia tidak mau. Adik iparnya pun mengajak bersama-sama pada gelombang
berikutnya. Tetapi ia juga tidak mau. Dan baru berangkat dengan familinya jemaah haji dari Gresik, yaitu suami istri Moch. Abdul Bani, dengan pemwat yang kemudian jatuh di Sri Lanka itu.

Beberapa saat sebelum berangkat dengan pesawat yang terkena musibah itu, Ny. Kamariyah, masih mengirimkan surat yang ternyata merupakan surat terakhir, kepada adik dan ibunya.

Di dalam surat itu, ia menceritakan tentang keadaannya di asrama karantina di lapangan terbang "Juanda" Surabaya. Antara lain ia menulis: "Berita dalam asrama, layanannya sangat memuaskan dari makan minum dan tempat tidur sampai mandi dan buang air lebih enak dari di rumah nanda sendiri.

Dari tempat pemeriksaan yang diantar oleh keluarga kita, nanda dikirim naik bus ke asrama yakni di kompleks (Pend. Angkatan Laut) yang sangat luas sekali daerahnya. Nanda dan kawan-kawan dapat Mess Perwira. Saban pagi sehabis Sholat Subuh dan kuliahnya nanda Jalan-Jalan keliling-keliling jam 5 dapat minuman kopi/teh. Jam 7.00 sarapan pagi jam 9.00 ceramah jam 12.00 makan siang.

Sehabis sholat zuhur jam 19.00 makan malam. Jam 21.00 ceramah 1agi. Kalau setengah bulan saja, nanda mungkin jadi sapi besarnya.

Hiburan cukup, ada kasidah, keroncong lagu Melayu dll. Juga TV di setiap sudut. Nah inilah berita asrama, agar bunda Jangan salalu memikirkan nanda. Insya Allah, Tuhan mellndungi dan melimpahkan Rachmatnya pada nanda. berkat doa restu bunda dan keluarga lainnya yang amat makbul. Semoga bunda, adik-adik dan anak-anakku semuanya sehat walaflat hendaknya sampai jumpa lagi ditanah air". Selanjutuya Ny Kamarlyah menambahkan „Keberangkatan, nanda pada tanggal 4/12 -'74 Jam 17.00 dengau penerbangan ke 56. Diperkirakan pulangnya ke tanah air pada tanggal 22/1 '75 Jam 17.00 nanti kalau sampai tgl. kepulangannya tanyakan kepastiaanya pada urusan haji".

Tak disangka, surat ini merupakan yang terakhir kali ditulis almarhumah. (MM, KOMPAS, 10 Desember 1974).

Courtesy of Kompas

Berita Populer