_________________________________________________________________________________________________________________________
SELAMAT DATANG di AMUNTAIPOST (Portal Blog Banua Amuntai)

Anda Pengunjung Ke

Sabtu, 31 Desember 2011

Anfield : Uang, Kesetiaan, Sejarah, dan Masa Depan

LIVERPOOL, Amuntaipost.com -- William, penjaga pintu masuk bangunan utama Stadion Anfield, stadion kebanggaan ”Liverpudlian”, tersenyum. Dengan aksen Inggris yang kental, ia mengucapkan, ”Selamat datang di Anfield. Selamat datang di Liverpool.”

Meski tak berbincang terlalu lama, lelaki paruh baya itu menuturkan kemungkinan kepindahan markas ”The Anfield Gank” dari stadion yang sudah ditempati sejak 1892. ”Sudah terlalu sempit. Stadion ini sudah tidak bisa menampung penonton yang ingin menyaksikan langsung,” katanya.

Manajemen Liverpool pernah mengusulkan pembangunan stadion baru dengan kapasitas lebih besar. Namun, rencana itu belum terealisasi. ”Kalaupun tak jadi pindah, tanah di depan itu bisa diubah dan dijadikan tempat parkir atau apa pun yang bisa menampung lebih banyak penggemar datang ke stadion,” kata William sambil menunjuk lahan kosong di depan Shankly Gates, Anfield, Liverpool.

Aturan UEFA

Aturan baru akan disahkan oleh Asosiasi Sepak Bola Eropa (UEFA) pertengahan tahun depan. Aturan itu mendesak manajemen klub sepak bola untuk tidak mengeluarkan uang lebih besar dari pendapatan mereka, yang membuat manajemen klub berpikir keras mengakalinya. UEFA bermaksud baik dengan aturan tersebut, yaitu agar klub tidak banyak memiliki utang.

Manajemen pun memutar otak. Salah satu cara yang paling mungkin dengan membangun stadion baru berkapasitas tempat duduk yang lebih banyak. Hal itu akan menjamin pendapatan klub, terutama dari tiket.

Tiga klub kota London, Chelsea, Tottenham, dan Queens Park Rangers, berencana merelokasi stadion mereka. ”Kami perlu jalan untuk meningkatkan pendapatan, dan membangun stadion baru adalah kuncinya,” kata Direktur Eksekutif Tottenham Donna Cullen.

Arsenal bahkan menjadi klub yang lebih dahulu melangkah. Mereka sudah pindah markas dari Stadion Highbury Park ke Stadion Emirates pada 2006. Di Highbury Park, kapasitas tempat duduk sekitar 38.000 penonton. Dengan dana sekitar 390 juta poundsterling, Emirates dibangun dan mampu menampung 60.000 penonton.

Setelah pindah ke lokasi baru, pendapatan total Arsenal melonjak hampir dua kali lipat menjadi lebih dari 90 juta poundsterling. Stadion lama ”The Gunners” diubah menjadi apartemen dan permukiman yang disewakan. Lokasi strategis membuat Highbury Park menjadi incaran pialang properti.

Keuntungan Arsenal memicu klub lain menirunya. Dukungan finansial, terutama dari sponsor, menjadi kendala pembangunan stadion baru, khususnya bagi klub dengan dana terbatas.

Chelsea, sesuai aturan FIFA, tidak bisa menggantungkan diri dari uang Roman Abramovich. Mereka harus menggalang dana sendiri asal legal. Selain dana, manajemen Chelsea juga dipusingkan dengan keinginan penggemarnya agar stadion baru tidak jauh dari Stamford Bridge. Mereka menolak pemindahan markas baru ”The Blues” lebih dari 4,8 kilometer dari lokasi lama.

Masalah Spurs lebih pelik dan kompleks. Andy Simons, Direktur KSS Grup, pengembang yang disewa manajemen Tottenham untuk membangun stadion baru, mengaku kesulitan karena masalah bangunan bersejarah.

Lokasi stadion baru dikelilingi bangunan yang masuk dalam bangunan dan kawasan bersejarah. ”Kalau Anda berada di sekitar kawasan konservasi sejarah, merencanakan bangunan baru akan sangat sulit,” katanya.

Manajemen West Ham seharusnya bisa bernapas lega. Tidak perlu mengeluarkan dana besar karena West Ham akan menjadikan Stadion Olimpik satu arena Olimpiade 2012 sebagai home base. Dengan kapasitas 80.000 penonton, kepindahan menjadi lebih mudah.

Akan tetapi, fans West Ham menolak kepindahan klub ke stadion itu. Ada jarak antara penonton dan pemain yang berupa trek atletik. Tradisi Eropa, terutama Inggris, menabukan adanya batasan antara penonton dan pemain di lapangan. Atmosfer pertandingan berbeda.

Berita Populer