_________________________________________________________________________________________________________________________
SELAMAT DATANG di AMUNTAIPOST (Portal Blog Banua Amuntai)

Anda Pengunjung Ke

Senin, 12 Desember 2011

Jadi Korban Kekerasan Guru, Pelajar SMKN 29 Melapor

JAKARTA, Amuntaipost.com - Perwakilan pelajar SMKN 29 Penerbangan, Jakarta Selatan, melaporkan tindak kekerasan oleh gurunya sendiri kepada Komisi Perlindungan Anak Nasional di Jalan TB Simatupang, Jakarta Timur, Senin (12/12/2011). Beberapa pelajar mengalami memar dan luka atas tindakan tersebut.
Hal itu diakui DP (16), salah seorang pelajar SMKN 29 Penerbangan. Peristiwa itu terjadi  ketika sekitar ratusan pelajar SMKN 29 Penerbangan dirazia oleh anggota Polres Jakarta Selatan di terminal Blok-M., Jaksel. Dalam razia itu, polisi mendapatkan senjata tajam yang dibawa oleh sejumlah pelajar.
Polisi kemudian membawa para pelajar tersebut ke Mapolres Jakarta Selatan untuk melakukan pendataan. Di sanalah tindak kekerasan bermula. "Rencananya mau dipulangin sama polisi, orang cuma dirazia. (Selanjutnya) datang tiga guru: Pak AL, Pak AM, dan Ibu SL. Kita dipisahin per kelas dan disuruh baris. Ada teman yang enggak bawa lencana, dia digampar bolak-balik sama Ibu SL," ujar DP.
Tindak kekerasan juga diakui DP dilakukan oleh Pak AL, guru mata pelajaran agama. "Kita didata sama Pak AL, lalu digampar satu-satu sama dia pakai tangan," lanjutnya.
DP mengatakan, kekerasan yang diterima para pelajar tersebut juga berlanjut di sekolah pada keesokan harinya, Jumat (9/12/2011). Kali ini kekerasan dilakukan oleh kepala sekolah, DD. Pelajar yang sehari sebelumnya terkena razia dikumpulkan di suatu ruangan dan kembali mendapat tindak kekerasan oleh gurunya sendiri.
"Kita disuruh buka baju, telanjang dada, dan rambut kita dicukur asal-asalan pakai mesin cukur," ujarnya.
DP menuturkan, ada pelajar wanita yang mendapatkan tindak pelecehan, "Sebenarnya kamu perempuan apa bukan sih?" ujar DP menirukan ucapan kepala sekolahnya yang mengibaskan kerudung yang dipakai pelajar perempuan tersebut. Para pelajar diperintahkan oleh DD untuk menampar satu sama lain secara estafet.
"Teman saya ada juga yang disabet pakai gesper sampai dia teriak ampun-ampun berdarah punggungnya," ujarnya. Pelajar tersebut juga mendapat ancaman akan dikeluarkan dari sekolah jika mengadukan masalah itu ke pihak lain.
Tak terima dengan perlakuan tersebut, beberapa pelajar beserta satu orangtua murid dan didampingi LSM Kontras mengadukannya ke Komisi Perlindungan Anak Nasional. Komnas Anak berjanji akan memproses laporan itu pada Selasa besok. 
 
Courtesy of Kompas

Berita Populer