_________________________________________________________________________________________________________________________
SELAMAT DATANG di AMUNTAIPOST (Portal Blog Banua Amuntai)

Anda Pengunjung Ke

Kamis, 02 Februari 2012

Merinding, Delapan Warga Jalani Prosesi Sumpah Pocong

SUMENEP, Amuntaipost.com -- Delapan warga Desa Pekandangan, Kecamatan Bluto, Sumenep, Madura, Jawa Timur, Rabu (01/02/2012), menjalani sumpah pocong. Dari delapan warga itu, empat orang di antaranya dijadikan tertuduh kasus santet, yakni Ismaniyah, Asmoro, Abdullah dan Rosyidah.

Keempatnya masih memiliki hubungan keluarga. Sementara itu, empat lainnya ditetapkan sebagai penuduh sebagai korban santet, yakni Suaswi, Maryamah, Ramli dan Lailiyah. Keempatnya juga masih memiliki hubungan kekerabatan.
Sumpah tersebut dilaksanakan di Masjid Jamik Baiturrahim, yang dipimpin oleh Kiai Rahem Usmuni. Proses pengambilan sumpah ini disaksikan ratusan warga desa setempat dan desa tetangga yang mengetahui kejadian tersebut. Sebelum proses pengambilan sumpah dilakukan, keempatnya dimintai kesiapannya oleh Kiai Rahem Usmuni.

"Apakah kalian sudah benar-benar yakin, bahwa akan melanjutkan sumpah pocong ini? Sebab dengan sumpah biasa sebetulnya sudah cukup di hadapan Allah," tanya Rahem Usmuni, yang diikuti dengan kalimat kesiapan dari kedelapan orang tersebut.
Dengan kesediaannya, empat orang tertuduh itu langsung dibaringkan dengan dibungkus kain kafan. Sementara di atas kepala masing-masing, ditaruh Al-Qur'an. Kalimat sumpah pun langsung dibacakan oleh Rahem Usmuni.
Seketika, suasana di dalam masjid menjadi tegang. Di desa tersebut, ini merupakan satu-satunya sumpah pocong pernah dilaksanakan dan disaksikan ratusan warga.

Setelah empat orang tertuduh selesai menjalani proses pengambilan sumpah pocong, empat orang penuduh bergantian menjalani prosesi yang sama dengan cara serupa pula. Lagi-lagi, suasana menjadi tegang dengan kalimat-kalimat sumpah yang dibacakan keempat orang tersebut.

Prasangka negatif
Setelah prosesi selesai dilaksanakan, Rahem Usmuni menyampaikan kepada delapan orang tersebut dan kepada seluruh warga yang hadir, bahwa di antara delapan orang tersebut sudah tidak ada lagi prasangka negatif terkait isu santet.
"Kedelapan orang ini sudah berjanji, bahwa dalam sumpah yang dibacakannya akan mengandung balasan dari Allah jika tidak sesuai dengan apa yang diucapkan, baik secara lambat atau pun secara mendadak," kata Rahem.
Sementara itu, Ramli (55), saat ditemui setelah pengambilan sumpah menjelaskan, tuduhan yang dialamatkan kepada Ismaniyah sangat beralasan. Sebab dirinya pernah bermimpi buruk, kalau isterinya digigit anjing milik Ismaniyah.
Selang beberapa hari dari mimpi tersebut, isterinya langsung jatuh sakit. Hal lain yang membuatnya tambah yakin adalah, Abdul selaku suami Ismaniyah, pernah menyampaikan kepada Ramli, jika isterinya ingin sembuh dari sakitnya, disuruh mendatangi Ismaniyah untuk meminta air.

"Permintaan Abdullah sudah saya penuhi dan terbukti isteri saya sembuh. Namun, selang beberapa minggu kemudian, isteri saya sakit lagi dan saya disuruh minta air lagi sama Abdullah," terang Ramli.
Karena sudah semakin yakin, bahwa pelaku santet terhadap isterinya adalah keluarga Abdullah, sejak itulah Ramli tidak pernah lagi mau meminta air kepada Ismaniyah. Ramli malah mencari orang lain yang bisa menyembuhkan sakit isterinya.
Namun, cerita Ramli berbeda dengan keterangan Abdullah. Pihaknya sama sekali tidak mengakui kalau memiliki ilmu hitam seperti dituduhkan Ramli. Hal itulah yang membulatkan tekadnya untuk menjalani sumpah pocong.
"Dengan sumpah ini saya tunjukkan, bahwa yang dituduhkan Ramli dan keluarganya tidak benar," ujar Abdullah.
Untuk mengurangi ketegangan di antara kedelapan orang tersebut, kiayi Rahem langsung mengajak mereka berjabat tangan, termasuk dengan segenap warga lainnya. 
 
 
sumber: kompas.com | editor: antony rahman | publish: amuntaipost.com

Berita Populer